Minggu, 30 Oktober 2011

DESAIN KURIKULUM.

A.      Pengertian Desain Kurikulum
Desain adalah rancangan, pola, atau model. Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan atau model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seseorang desainer kurikulum  menentukan bahan dan cara mengembangkan kurikulum yang baru sesuai dengan kondisi lingkungan pendidikan.
Beberapa ahli merumuskan macam - macam desain kurikulum :
1.      Eisner danVallance (1974) membagi desain menjadi lima jenis yaitu model pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum aktualisasi diri, kurikulum rekonstruksi sosial, dan kurikulum rasionalisasi akademis.
2.      McNeil (1977) membagi desain kurikulum menjadi empat model yaitu model kurikulum humanistis, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik.
3.      Saylor Alexander dan Lewis (1981), membagi kurikulum menjadi kurikulum subject matter  disiplin, kompetensi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial dan kurikulum yangberdasarkan minat individu.
4.      Brennan (1985) mengembangkan tiga jenis model desain kurikulum, yaitu kurikulum yang berorientasi pada tujuan, model proses, dan model kurikulum yang didasarkan kepada analisis situasional.
5.      Longstreet dan Shane (1993)membagi desain kurikulum menjadi empat model yaitu desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi pada anak, desain yang berorientasi pada pengetahuan, dan desain kurikulum yang bersifat eklektik.
B.       Desain Kurikulum Displin Ilmu
Menurut para ahli desain kurikulum disiplin ilmu :
1.      Menurut Longstreet ( 1993 ) desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang berpusat pada pengetahuan yang dirancang berdasarkan struktur displin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa
2.      Menurut McNeil ( 1990 ) desain kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan proses kognitif atau pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui latihan menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian ilmiah.
Model kurikulum yang berorientasi pada pengembangan intelektual siswa, dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Mereka menyusun materi pembelajaran apa yang harus dikuasai oleh siswa baik yang menyangkut data dan fakta, konsep maupun teori yang ada dalam setiap disiplin ilmu mereka masing-masing. Salah satu kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu atau disebut juga kurikulum subjek akademis adalah Man a Course of Study ( MACOS ), yang dirancang untuk memperbaiki proses perbaikan pengajaran ilmu - ilmu sosial dan humanistis. Kurikulum ini diperuntukkan untuk siswa - siswa sekolah dasar. Dalam paket kurikulum itu terdiri dari buku, film, poster, permainan dan perlengkapan kelas lainnya. Pengembangan kurikulum mengharapkan siswa dapat menggali faktor - faktor penting yang menjadikan manusia sebagai manusia. Melalui perbandingan dengan binatang, anak menyadari akan kemanusiannya. Dengan membandingkan suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya anak akan memahami adanya aspek universal dari kebudayaan manusia. Tujuan utama kurikulum MACOS adalah perkembangan intelektual yaitu membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dengan memberikan serangkaian cara kerja yang memungkinkan anak mampu menganalisis kehidupan sosial walaupun dengan cara yang sederhana.
Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu:
1.      Subject centered curriculum
Pada subject centered curriculum, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah - pisah, misalnya: mata pelajaran sejarah, matematika, kimia, fisika, biologi dan sebagainya. Mata pelajaran - mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama lain. Pada pengembangan kurikulum didalam kelas atau pada kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab pada satu mata pelajaran yang diberikannya.
2.      Correlated Curriculum
Mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, tapi mata pelajaran ini memiliki kedekatan / dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang studi ( broadfield ). Mengorelasikan bahan atau isi materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu:
a.       Pendekatan structural, dalam pendekatan ini, kajian atau pokok bahasan ditinjau dari beberapa mata pelajaran sejenis misalnya, kajian suatu topik tentang geografi, tidak semata-mata ditinjau dari sudut geografi saja, akan tetapi juga ditinjau dari sejarah, ekonomi atau mungkin budaya.
b.      Pendekatan fungsional, pendekatan ini didasarkan pada pengkajian masalah yang berarti dalam kehidupan sehari - hari. Dengan demikian, suatu topik tidak diambil dari mata pelajaran tertentu tetapi diambil dari apa yang dirasakan perlu untuk anak, selanjutnya topik itu dikaji pada beberapa mata pelajaran yang memiliki keterkaitan contohnyamasalah kemiskinan ditinjau dari sudut ekonomi, geografi, dan sejarah.
c.       Pendekatan daerah, pada pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau tempat, seperti mengkaji daerah ibu kota ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, sosialbudaya, ekonomi dan lain sebagainya.

3.      Integrated Curriculum
Pada organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated tidak lagi menampakkan nama - nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, akan tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Belajar melalui pemecahan masalah itu diharapkan perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada segi intelektual saja tetapi seluruh aspek seperti sikap, emosi atau keterampilan.

C.      Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat
Rancangan kurikulum yang berorientasi pada masyarakat didasari oleh asumsi bahwa tujuan dari sekolah adalah untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan masyarakat harus dijadikan dasar dalam menentukan isi kurikulum.
Ada 3 perspektif desain kurikulum yang berorientasi pada kehidupan masyarakat, yaitu:
1. Perspektive Status Quo
Rancangan kurikulum ini diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat. Dalam perspektif ini, kurikulum merupakan perencanaan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik sebagai persiapan menjadi orang dewasa yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat. Yang dijadikan dasar oleh para perancang kurikulum adalah aspek-aspek penting kehidupan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan utama dalam masyarakat yang disarankan untuk menjadi isi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.    Kegiatan bahasa atau komunikasi sosial
2.    Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
3.    kegiatan dalam kehidupan sosial seperti bergaul dan berkelompok dengan orang lain
4.    Kegiatan menggunakan waktu senggang dan menikmati rekreasi
5.    Usaha menjaga kesegaran jasmani dan rohani
6.    Kegiatan yang berhubungan dengan religius
7.    Kegiatan yang berhubungan dengan peran orang tua seperti membesarkan anak, memelihara kehidupan keluarga yang harmonis.
8.    Kegiatan praktis yang bersifat vokasional atau keterampilan tertentu.
9.    Melakukan pekerjaan sesuai dengan bakat seseorang.
Disamping hal-hal tersebut diatas, perspektif ini juga menyangkut desain kurikulum untuk memberi keterampilan sebagai persiapan untuk bekerja (profesi). Oleh sebab itu, sebelum merancang isi kurikulum, para perancang perlu terlebih dahulu menganalisis kemampuan apa yang perlu dimiliki anak sehubungan dengan tugas atau profesi tertentu. Dari hasil analisis itu kemudian dirancang isi kurikulum yang diharapkan lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.

2. Perspektif Pembaharuan (the reformist perspective)
Dalam perspektif ini, kurikulum dikembangkan untuk lebih meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri. Kurikulum reformis menghendaki peran serta masyarakat secara total dalam proses pendidikan. Pendidikan dalam perspektif ini harus berperan untuk mengubah tatanan sosial masyarakat.
Menurut pandangan para reformis, dalam proses pembangunan pendidikan sering digunakan untuk menindas masyarkat miskin untuk kepentingan elit yang berkuasa atau untuk mempertahankan struktur sosial yang sudah ada. Dengan demikian, masyarakat lemah a-an tetap berada dalam ketidakberdayaan. Oleh sebab itu, menurut para reformis, pendidikan harus mampu mengubah keadaan masyarakat itu. Baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal harus mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
3. Perspektif Masa Depan (the futurist perspective)
Perspektif masa depan sering dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang menekankan kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Model kurikulum ini lebih mengutamakan kepentingan sosial daripada kepentingan individu. Setiap individu harus mampu mengenali berbagai permasalahan yang ada di dalam masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan pemahaman tersebut, maka akan memungkinkan individu dapat mengembangkan masyarakatnya sendiri.
Tujuan utama kurikulum dalam perspektif ini adalah mempertemukan siswa dengan masalah-masalah yang dihadapi umat manusia. Ada 3 kriteria yang harus diperhatikan dalam proses mengimplementasikan kurikulum ini. Ketiganya menurut pembelajaran nyata (real), berdasarkan pada tindakan (action), dan mengandung nilai (values).Ketiga kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Siswa harus memfokuskan pada satu aspek yang ada di dalam masyarakat yang dianggapnya perlu untuk diubah.
2.        Siswa harus melakukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi masyarakat itu.
3.        Tindakan siswa harus didasarkan pada nilai (values), apakah tindakan itu patut dilaksanakan atau tidak; apakah memerlukan kerja individual atau kelompok atau bahkan keduanya.
D.      Desain Kurikulum Berorientasi Pada Siswa
Asumsi yang mendasari desain ini adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membantu anak didik, pendidikan tidak boleh terlepas dari anak didik.
Anak didik merupakan manusia yang unik karena berdasarkan hasil penelitian bahwa anak adalah makhluk yang berkembang yang memiliki minat dan bakat yang beragam. Dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada siswa, Alice Crow ( Crow & Crow, 1995) menyarankan hal – hal sebagai berikut :
1.      Kurikulum harus sesuai dengan perkembangan anak
2.      Isi kurikulum harus mencakup ketrampilan, pengetahuan.
3.      Anak di tempatkan sebagai subyek belajar yang berusaha untuk belajar sendiri.
4.      Di usahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat dan tingkat perkembangan mereka.
Desain kurikulum yang berorientasi pada anak didik, dapat dilihat dari dua perspektif yaitu:
a.        Perspektif Kehidupan Anak di Masyarakat ( The Child in Society Perspective )
Menurut Francis Parker:
1.    Hakikat belajar bagi siswa adalah apabila siswa belajar secara riil dari kehidupan mereka di masyarakat
2.    Kurikulum harus dimulai dari apa yang pernah dialami siswa seperti pengalaman dalam keluarga, lingkungan fisik dan lingkungan sosial mereka, serta dari hal-hal yang ada di sekeliling mereka
3.    Isi kurikulum harus memuat sisi kehidupan siswa sebagai peserta didik
4.    Proses pembelajaran bukan menghafal dan menguasai materi pelajaran seperti yang dituliskan dalam buku teks, akan tetapi  bagaimana anak belajar dalam kehidupan nyata di masyarakat
5.    Proses pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektual dengan memahami sejumlah teori dan fakta saja, akan tetapi bagaimana proses belajar itu dapat megembangkan seluruh aspek kehidupan siswa.
b.        Perspektif Psikologis (The Psychological Curriculum Perspective)
Mengembangkan seluruh pribadi siswa sehingga dapat membentuk manusia yang utuh. Kurikulum ini menekankan kepada adanya hubugan emosional yang baik antara guru dengan siswa. Menekankan kepada integrasi. Harus dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dan utuh. Lebih ditekankan kepada proses belajar. Keberhasilan ditentukan oleh perkembangan anak supaya menjadi manusia yang terbuka dan berdiri sendiri. Mengevaluasi berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk tumbuh berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

E.       Desain Kurikulum Teknologi
Teori pendidikan berbasis teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui berbagai teknologi baik metode pembelajaran atau media pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai keterampilan - keterampilan dasar tertentu.Model desain kurikulum teknologi difokuskan kepada efektifitas program, metode, dan bahan – bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Pengaruh Teknologi terhadap kurikulum dapat dilihat dari dua sisi :

1.      Penerapan  alat hasil – hasil teknologi
Perencanaan yang sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. penggunaan tersebut untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Contoh Komputer, radio, film, video
2.      Penerapan teknologi sebagai sistem
Menekankan  kepada penyusunan program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai.
Karakteristik kurikulum teknologi yaitu belajar dipandang sebagai proses respon terhadap rangsangan, belajar diatur berdasarkan langkah - langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang harus dipelajari, dan siswa belajar individual, namun dalam hal tertentu bisa kelompok. Menurut Mc Neil (1990) tujuan kurikulum teknologi ditekankan kepada pencapaian tingkah laku yang dapat diukur, oleh karena itu tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan khusus yaitu disetiap mata pelajaran ( disiplin ilmu ). Sebagaimana tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, maka organisasi bahan pelajaran dalam kurikulum teknologi memiliki ciri – ciri :
1.      Berpatokan kepada rumusan tujuan
2.      Materi disusun berjenjang
3.      Materi dimulai dari yang sederhana sampai ke kompleks
Selanjutnya untuk efektifitas dan keberhasilan implementasi kutikulum teknologi hendaklah memperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut :
1.      Kesadaran kan tujuan, artinya siswa perlu memahami bahwa pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan.
2.      Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktikan kecakapan sesuai tujuan
3.      Siswa perlu diberi tahu hasil yang telah dicapai.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar