Minggu, 30 Oktober 2011

DESAIN KURIKULUM.

A.      Pengertian Desain Kurikulum
Desain adalah rancangan, pola, atau model. Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan atau model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seseorang desainer kurikulum  menentukan bahan dan cara mengembangkan kurikulum yang baru sesuai dengan kondisi lingkungan pendidikan.
Beberapa ahli merumuskan macam - macam desain kurikulum :
1.      Eisner danVallance (1974) membagi desain menjadi lima jenis yaitu model pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum aktualisasi diri, kurikulum rekonstruksi sosial, dan kurikulum rasionalisasi akademis.
2.      McNeil (1977) membagi desain kurikulum menjadi empat model yaitu model kurikulum humanistis, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik.
3.      Saylor Alexander dan Lewis (1981), membagi kurikulum menjadi kurikulum subject matter  disiplin, kompetensi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial dan kurikulum yangberdasarkan minat individu.
4.      Brennan (1985) mengembangkan tiga jenis model desain kurikulum, yaitu kurikulum yang berorientasi pada tujuan, model proses, dan model kurikulum yang didasarkan kepada analisis situasional.
5.      Longstreet dan Shane (1993)membagi desain kurikulum menjadi empat model yaitu desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi pada anak, desain yang berorientasi pada pengetahuan, dan desain kurikulum yang bersifat eklektik.
B.       Desain Kurikulum Displin Ilmu
Menurut para ahli desain kurikulum disiplin ilmu :
1.      Menurut Longstreet ( 1993 ) desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang berpusat pada pengetahuan yang dirancang berdasarkan struktur displin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa
2.      Menurut McNeil ( 1990 ) desain kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan proses kognitif atau pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui latihan menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian ilmiah.
Model kurikulum yang berorientasi pada pengembangan intelektual siswa, dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Mereka menyusun materi pembelajaran apa yang harus dikuasai oleh siswa baik yang menyangkut data dan fakta, konsep maupun teori yang ada dalam setiap disiplin ilmu mereka masing-masing. Salah satu kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu atau disebut juga kurikulum subjek akademis adalah Man a Course of Study ( MACOS ), yang dirancang untuk memperbaiki proses perbaikan pengajaran ilmu - ilmu sosial dan humanistis. Kurikulum ini diperuntukkan untuk siswa - siswa sekolah dasar. Dalam paket kurikulum itu terdiri dari buku, film, poster, permainan dan perlengkapan kelas lainnya. Pengembangan kurikulum mengharapkan siswa dapat menggali faktor - faktor penting yang menjadikan manusia sebagai manusia. Melalui perbandingan dengan binatang, anak menyadari akan kemanusiannya. Dengan membandingkan suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya anak akan memahami adanya aspek universal dari kebudayaan manusia. Tujuan utama kurikulum MACOS adalah perkembangan intelektual yaitu membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dengan memberikan serangkaian cara kerja yang memungkinkan anak mampu menganalisis kehidupan sosial walaupun dengan cara yang sederhana.
Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu:
1.      Subject centered curriculum
Pada subject centered curriculum, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah - pisah, misalnya: mata pelajaran sejarah, matematika, kimia, fisika, biologi dan sebagainya. Mata pelajaran - mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama lain. Pada pengembangan kurikulum didalam kelas atau pada kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab pada satu mata pelajaran yang diberikannya.
2.      Correlated Curriculum
Mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, tapi mata pelajaran ini memiliki kedekatan / dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang studi ( broadfield ). Mengorelasikan bahan atau isi materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu:
a.       Pendekatan structural, dalam pendekatan ini, kajian atau pokok bahasan ditinjau dari beberapa mata pelajaran sejenis misalnya, kajian suatu topik tentang geografi, tidak semata-mata ditinjau dari sudut geografi saja, akan tetapi juga ditinjau dari sejarah, ekonomi atau mungkin budaya.
b.      Pendekatan fungsional, pendekatan ini didasarkan pada pengkajian masalah yang berarti dalam kehidupan sehari - hari. Dengan demikian, suatu topik tidak diambil dari mata pelajaran tertentu tetapi diambil dari apa yang dirasakan perlu untuk anak, selanjutnya topik itu dikaji pada beberapa mata pelajaran yang memiliki keterkaitan contohnyamasalah kemiskinan ditinjau dari sudut ekonomi, geografi, dan sejarah.
c.       Pendekatan daerah, pada pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau tempat, seperti mengkaji daerah ibu kota ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, sosialbudaya, ekonomi dan lain sebagainya.

3.      Integrated Curriculum
Pada organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated tidak lagi menampakkan nama - nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, akan tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Belajar melalui pemecahan masalah itu diharapkan perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada segi intelektual saja tetapi seluruh aspek seperti sikap, emosi atau keterampilan.

C.      Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat
Rancangan kurikulum yang berorientasi pada masyarakat didasari oleh asumsi bahwa tujuan dari sekolah adalah untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan masyarakat harus dijadikan dasar dalam menentukan isi kurikulum.
Ada 3 perspektif desain kurikulum yang berorientasi pada kehidupan masyarakat, yaitu:
1. Perspektive Status Quo
Rancangan kurikulum ini diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat. Dalam perspektif ini, kurikulum merupakan perencanaan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik sebagai persiapan menjadi orang dewasa yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat. Yang dijadikan dasar oleh para perancang kurikulum adalah aspek-aspek penting kehidupan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan utama dalam masyarakat yang disarankan untuk menjadi isi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.    Kegiatan bahasa atau komunikasi sosial
2.    Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
3.    kegiatan dalam kehidupan sosial seperti bergaul dan berkelompok dengan orang lain
4.    Kegiatan menggunakan waktu senggang dan menikmati rekreasi
5.    Usaha menjaga kesegaran jasmani dan rohani
6.    Kegiatan yang berhubungan dengan religius
7.    Kegiatan yang berhubungan dengan peran orang tua seperti membesarkan anak, memelihara kehidupan keluarga yang harmonis.
8.    Kegiatan praktis yang bersifat vokasional atau keterampilan tertentu.
9.    Melakukan pekerjaan sesuai dengan bakat seseorang.
Disamping hal-hal tersebut diatas, perspektif ini juga menyangkut desain kurikulum untuk memberi keterampilan sebagai persiapan untuk bekerja (profesi). Oleh sebab itu, sebelum merancang isi kurikulum, para perancang perlu terlebih dahulu menganalisis kemampuan apa yang perlu dimiliki anak sehubungan dengan tugas atau profesi tertentu. Dari hasil analisis itu kemudian dirancang isi kurikulum yang diharapkan lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.

2. Perspektif Pembaharuan (the reformist perspective)
Dalam perspektif ini, kurikulum dikembangkan untuk lebih meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri. Kurikulum reformis menghendaki peran serta masyarakat secara total dalam proses pendidikan. Pendidikan dalam perspektif ini harus berperan untuk mengubah tatanan sosial masyarakat.
Menurut pandangan para reformis, dalam proses pembangunan pendidikan sering digunakan untuk menindas masyarkat miskin untuk kepentingan elit yang berkuasa atau untuk mempertahankan struktur sosial yang sudah ada. Dengan demikian, masyarakat lemah a-an tetap berada dalam ketidakberdayaan. Oleh sebab itu, menurut para reformis, pendidikan harus mampu mengubah keadaan masyarakat itu. Baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal harus mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
3. Perspektif Masa Depan (the futurist perspective)
Perspektif masa depan sering dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang menekankan kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Model kurikulum ini lebih mengutamakan kepentingan sosial daripada kepentingan individu. Setiap individu harus mampu mengenali berbagai permasalahan yang ada di dalam masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan pemahaman tersebut, maka akan memungkinkan individu dapat mengembangkan masyarakatnya sendiri.
Tujuan utama kurikulum dalam perspektif ini adalah mempertemukan siswa dengan masalah-masalah yang dihadapi umat manusia. Ada 3 kriteria yang harus diperhatikan dalam proses mengimplementasikan kurikulum ini. Ketiganya menurut pembelajaran nyata (real), berdasarkan pada tindakan (action), dan mengandung nilai (values).Ketiga kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Siswa harus memfokuskan pada satu aspek yang ada di dalam masyarakat yang dianggapnya perlu untuk diubah.
2.        Siswa harus melakukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi masyarakat itu.
3.        Tindakan siswa harus didasarkan pada nilai (values), apakah tindakan itu patut dilaksanakan atau tidak; apakah memerlukan kerja individual atau kelompok atau bahkan keduanya.
D.      Desain Kurikulum Berorientasi Pada Siswa
Asumsi yang mendasari desain ini adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membantu anak didik, pendidikan tidak boleh terlepas dari anak didik.
Anak didik merupakan manusia yang unik karena berdasarkan hasil penelitian bahwa anak adalah makhluk yang berkembang yang memiliki minat dan bakat yang beragam. Dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada siswa, Alice Crow ( Crow & Crow, 1995) menyarankan hal – hal sebagai berikut :
1.      Kurikulum harus sesuai dengan perkembangan anak
2.      Isi kurikulum harus mencakup ketrampilan, pengetahuan.
3.      Anak di tempatkan sebagai subyek belajar yang berusaha untuk belajar sendiri.
4.      Di usahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat dan tingkat perkembangan mereka.
Desain kurikulum yang berorientasi pada anak didik, dapat dilihat dari dua perspektif yaitu:
a.        Perspektif Kehidupan Anak di Masyarakat ( The Child in Society Perspective )
Menurut Francis Parker:
1.    Hakikat belajar bagi siswa adalah apabila siswa belajar secara riil dari kehidupan mereka di masyarakat
2.    Kurikulum harus dimulai dari apa yang pernah dialami siswa seperti pengalaman dalam keluarga, lingkungan fisik dan lingkungan sosial mereka, serta dari hal-hal yang ada di sekeliling mereka
3.    Isi kurikulum harus memuat sisi kehidupan siswa sebagai peserta didik
4.    Proses pembelajaran bukan menghafal dan menguasai materi pelajaran seperti yang dituliskan dalam buku teks, akan tetapi  bagaimana anak belajar dalam kehidupan nyata di masyarakat
5.    Proses pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektual dengan memahami sejumlah teori dan fakta saja, akan tetapi bagaimana proses belajar itu dapat megembangkan seluruh aspek kehidupan siswa.
b.        Perspektif Psikologis (The Psychological Curriculum Perspective)
Mengembangkan seluruh pribadi siswa sehingga dapat membentuk manusia yang utuh. Kurikulum ini menekankan kepada adanya hubugan emosional yang baik antara guru dengan siswa. Menekankan kepada integrasi. Harus dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dan utuh. Lebih ditekankan kepada proses belajar. Keberhasilan ditentukan oleh perkembangan anak supaya menjadi manusia yang terbuka dan berdiri sendiri. Mengevaluasi berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk tumbuh berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

E.       Desain Kurikulum Teknologi
Teori pendidikan berbasis teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui berbagai teknologi baik metode pembelajaran atau media pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai keterampilan - keterampilan dasar tertentu.Model desain kurikulum teknologi difokuskan kepada efektifitas program, metode, dan bahan – bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Pengaruh Teknologi terhadap kurikulum dapat dilihat dari dua sisi :

1.      Penerapan  alat hasil – hasil teknologi
Perencanaan yang sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. penggunaan tersebut untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Contoh Komputer, radio, film, video
2.      Penerapan teknologi sebagai sistem
Menekankan  kepada penyusunan program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai.
Karakteristik kurikulum teknologi yaitu belajar dipandang sebagai proses respon terhadap rangsangan, belajar diatur berdasarkan langkah - langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang harus dipelajari, dan siswa belajar individual, namun dalam hal tertentu bisa kelompok. Menurut Mc Neil (1990) tujuan kurikulum teknologi ditekankan kepada pencapaian tingkah laku yang dapat diukur, oleh karena itu tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan khusus yaitu disetiap mata pelajaran ( disiplin ilmu ). Sebagaimana tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, maka organisasi bahan pelajaran dalam kurikulum teknologi memiliki ciri – ciri :
1.      Berpatokan kepada rumusan tujuan
2.      Materi disusun berjenjang
3.      Materi dimulai dari yang sederhana sampai ke kompleks
Selanjutnya untuk efektifitas dan keberhasilan implementasi kutikulum teknologi hendaklah memperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut :
1.      Kesadaran kan tujuan, artinya siswa perlu memahami bahwa pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan.
2.      Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktikan kecakapan sesuai tujuan
3.      Siswa perlu diberi tahu hasil yang telah dicapai.









Theory...

PERANAN KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN

1.    PERANAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN

A.  Definisi Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) : Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) : Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah :
1.      Unit terkecil dari masyarakat
2.      Terdiri atas 2 orang atau lebih
3.      Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
4.      Hidup dalam satu rumah tangga
5.      Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga
6.      Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
7.      Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
8.      Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan 
Tahap-tahap Kehidupan Keluarga
1.   Tahap pembentukan keluarga, tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam
            2.   Membentuk rumah tangga.
3.   Tahap menjelang kelahiran anak, tugas utama keluarga untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
4.  Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada anak karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat bergantung kepada orang tuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah.
5. Tahap menghadapi anak prasekolah, pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma sosial budaya, dsb.
6. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas di sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
7. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
8. Tahap melepaskan anak ke masyarakat, setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.
9.  Tahap berdua kembali, setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
10.Tahap masa tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
Tipe atau Bentuk Keluarga
1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak-anak.
2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3. Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga. 
Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan Ayah, ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan Ibu, sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak- anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan Anak, Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :
1. Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak

c
. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
.
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d. Memberikan Identitas anggota keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak.
b. Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat   perkembangan anak.
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dsb.
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
6. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
7. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
8. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
9. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.

B.     Definisi Pendidikan
Berdasarkan  http://revolsirait.com/tag/pengertian-pendidikan-anak ditinjau dari segi asal kata adalah, bahwa pendidikan itu berasal dari kata “Pedagogi” dimana kata tersebut berasal dari bahasa yunani kuno, yang kalau di eja menjadi 2 kata yaitu : Paid artinya=> anak dan Agagos artinya =>  membimbing.
Dengan demikian pengertian pendidikan kalau ditinjau dari suku kata tersebut adalah : ” Cara atau ilmu untuk mengajar/membimbing anak”. Namun demikian ada beberapa pengertian pendidikan yang bisa dijabarkan lebih luas lagi, diantaranya :
1.    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No.20 tahun 2003)
2.    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.(Wikipedia)
3.    Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. (Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232).

Pendidikan Menurut  Carter V. Good, Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.
Robert W. richey menyebutkan bahwa: The term “Education” refers to the broad funcition of preserving and improving the life of the group through bringing new members into its shared concem. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential social activity by which communities continue to exist. In Communities this function is specialzed and institutionalized in formal education, but there is always the education, out side the school with which the formal process is related. (Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang.
C.    Peranan Keluarga Dalam Pendidikan
Berdasarkanhttp://paudfip.wordpress.com/2009/06/17/peranan-keluarga sekolah-dan-masyarakat-dalam-pendidikan-anak.Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah sebagi pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarganya.

          Peranan orang tua bagi pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1992), adalah memberikan dasar pendidikan , sikap dan keterampilan dasar seperti, pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan.
Beberapa peranan keluarga dalam pendidikan diantaranya:
1.   Pembinaan karakter anak yang dilakukan oleh keluarga
Secara etimologi pengasuhan berasal dari kata “asuh” yang artinya, pemimpin, pengelola, membimbing. Oleh kerena itu mengasuh disini adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus makan, minum, pakaiannya dan keberhasilannya dari periode awal hingga dewasa. Pada dasarnya, tugas dasar perkembangan anak adalah mengembangkan pemahaman yang benar tentang bagaimana dunia ini bekerja. Dengan kata lain, tugas utama seorang anak dalam perkembangannya adalah mempelajari “aturan main” segala aspek yang ada di dunia ini.
Berbagai pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kreativitas anak antara lain, lingkungan fisik, lingkungan sosial pendidikan internal dan eksternal.
Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua bagi kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar kreativitas diri, menunjukan adanya kebutuhan internal yaitu manakala anak masih membutuhkan banyak bantuan dari orang tua untuk memiiliki dan mengembangkan dasar-dasar kreativitas diri (berdasarkan naluri), berdasarkan nalar dan berdasarkan kata hati.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa bila orang tua berperan dalam pendidikan, anak akan menunjukan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosio-emosional, kedisiplinan, serta aspirasi anak untuk belajar sampai ke jenjang paling tinggi, bahkan akan membantu anak ketika ia telah bekerja dan berkeluarga.
2.   Keluarga sebagai wahana pertama dan utama pendidikan
Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga mereka berteori bahwa keluarga adalah unit yang penting sekali dalam masyarakat, Oleh karena itu para sosiolog yakin, segala macam kebobrokan masyarakat merupakan akibat lemahnya institusi keluarga.

Bagi seorang anak keluarga merupakan tempat pertama dan iutama bagi pertunbuhan dan perkembangnnya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB, fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta, memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.

Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen kesehatan, pendidikan adan kesejahteraan. Jika keluarga gagal untuk megajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan menguasai kemampuan- kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagoi institusi lain untuk memperbaiki kegagalannya. Karena kagagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang berkarakter buruk atau tidak berkarakter. Oleh karena itu setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.
3.   Pola asuh menentukan keberhasilan pendidikan anak dalam keluarga
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai- nilai kebijakan pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis, serta norma-norma yang berlaku di masyarakat.agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.Beberapa macam contoh pola asuh:
a. Pola asuh otoriter
          yaitu mempunyai ciri, kekuasan orang tua dominan, anak tidak diakui     sebagai pribadi, control terhadap tingkah laku anak sangat ketat, orang tua menghukum anak juka tidak patuh.
      b.Pola asuh demokratis, kerjasama antara orang tua- anak, anak diakui sebgai pribadi, ada bimbingan dan penngarahan dari orang tua, control orang tua tidak kaku.
      c.Pola asuh permisif, mempunyai ciri, dominasi oleh anak, sikap longgar    atau kebebasan dari orangt tua, control dan perhatian orang tua sangat kurang. Melalui pola asuh yang dilakukan orang tua anak akan belajar banyak hal, termasuk karakter. Artinya jenis pola asuh yang ditetapkan orang tua terhadap anaknya menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak oleh keluarga.

2. KERJASAMA ANTAR KELUARGA DAN SEKOLAH
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah sebagi pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarganya.
Peranan orang tua bagi pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1992), adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan dasar seperti, pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan.
Keluarga dan sekolah merupakan bagian dari masyarakat, sehingga keluarga dan sekolah pun dituntut untuk membina hubungan kerja sama dengan sekolah.
Keluarga, sekolah, dan masyarakat pada dasarnya mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan, yaitu kesamaan rasa tanggung jawab. Mereka secara langsung maupun tak langsung telah mengadakan pembinaan yang erat di dalam praktek pendidikan. Kerja sama tersebut adalah sebagai berikut :
            1.    Orang tua melaksanakan kewajibannya mendidik anak di dalam keluarga.
2.   Oleh karena keterbatasan orang tua dalam mendidik anaknya, akhirnya proses pendidikan anak diserahkan ke sekolah. Di mana sekolah merupakan produk masyarakat.

a.       Sebagai arah dalam menentukan tujuan pendidikan bagi suatu keluarga dan sekolah.
b.      Sebagai sumber belajar.
c.       Sebagai pihak yang mengontrol jalannya proses pendidikan.
d.      Sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengaktualisasikan nilainya.
Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara baik maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritis yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan baik, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri dan kepribadian yang terganggu. Lebih jauh lagi bahkan tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya akan gagal sama sekali.
Peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, para orang tualah yang paling mengerti benar akan sifat-sifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja yang mereka tidak sukai. Para orang tua adalah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, hal-hal apa saja yang membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang membuat anaknya takut. Para orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seorang yang memiliki kepribadian baik ataukah buruk.   
Anak-anak pada masa peralihan lebih banyak membutuhkan perhatian dan kasih sayang, maka para orang tua tidak dapat menyerahkan kepercayaan seluruhnya kepada guru di sekolah, artinya orang tua harus banyak berkomunikasi dengan gurunya disekolah begitu juga sebaliknya, hal penting dalam pendidikan adalah mendidik jiwa anak. Jiwa yang masih rapuh dan labil, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dapat mengakibatkan pengaruh lebih buruk lagi bagi jiwa anak. Banyaknya tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda saat ini tidak terlepas dari kelengahan bahkan ketidakpedulian para orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya asumsi masyarakat, ungkapan “buah tak akan pernah jauh jatuh dari pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya. Supaya orang tua dan sekolah tidak salah dalam mendidik anak, oleh karena itu harus terjalin kerjasama yang baik diantara kedua belah pihak. Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan di sekolah untuk mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru, agar berjalan dengan baik kerja sama diantara orang tua dan sekolah maka harus ada dalam suatu rel yang sama supaya bisa seiring seirama dalam memperlakukan anak, baik di rumah ataupun di sekolah, sesuai dengan kesepahaman yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam memperlakukan anak. Kalau saja dalam mendidik anak berdasarkan kemauan salah satu pihak saja misalnya pihak keluarga saja taupun pihak sekolah saja yang mendidik anak, hal ini berdasarkan beberapa pengalaman tidak akan berjalan dengan baik atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh orang tua atau sekolah akan mentah lagi-mentah lagi karena ada dua rel yang harus dilalui oleh anak dan akibatnya si anak menjadi pusing mana yang harus diturut, bahkan lebih jauhnya lagi dikhawatirkan akan membentuk anak berkarakter ganda.
Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakan kesepahaman tersebut, tetapi kalau kita berlandaskan karena rasa cinta kita kepada anak tentunya apapun akan kita lakukan, karena rasa cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Kalau hal ini sudah dimiliki oleh kedua belah pihak, hal ini merupakan modal besar dalam mendidik anak.
Setiap kejadian yang terjadi, baik di rumah ataupun di sekolah hendaklah dicatat dengan baik oleh kedua belah pihak sehingga ketika ada hal yang janggal pada anak, hal ini bisa dijadikan bahan untuk mengevaluasi sejauhmana perubahan-perubahan yang dialami oleh anak, baik sifat yang jeleknya ataupun sifat yang bagusnya, sehingga didalam penentuan langkah berikutnya bisa berkaca dari catatn-catatan yang telah dibuat oleh kedua belah pihak.
Setiap ada sesuatu hal yang dirasakan janggal pada diri anak baik di rumah ataupun di sekolah, baik orang tua ataupun guru harus sesegera mungkin untuk menanganinya dengan cara saling menginformasikan diantara orang tua dan guru, mungkin lebih lanjutnya mendiskusikannya supaya bisa lebih cepat tertangani masalah yang dihadapai oleh anak dan tidak berlarut-larut. Oleh karena itu seperti apa yang tertulis di atas bahwa orang tua dan sekolah merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam mendidik anak, agar apa yang dicita-citakan oleh orang tua atau sekolah dapat tercapai, maka harus ada kekonsistenan dari kedua belah pihak dalam melaksanakan programprogram yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik, maka sekolah perlu mengadakan kerjasama yang erat dan harmonis antara sekolah dan keluarga atau orang tua. Dengan adanya kerja sama itu, orang tua akan mendapatkan :
1. Pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya.
2. Mengetahui berbagai kesulitan yang sering dihadapi anak-anaknya di sekolah.
3. Mengetahui tingkah laku anaknya selama di sekolah, seperti apakah anaknya rajin, malas, suka membolos, suka mengantuk, nakal dan sebagainya.
Sedangkan bagi guru, dengan adanya kerja sama tersebut guru akan mendapatkan:
a.  Informasi-informasi dari orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anaknya. Informasi informasi tersebut sangat berguna bagi guru dalam memberikan pendidikan sebagai anak didiknya.
b.  Bantuan-bantuan dari orang tua dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi anak didiknya di sekolah.
Sayangnya, masih banyak orang tua yang masih belum menyadari akan urgensi kerja sama antara orang tua dan sekolah. Hal tersebut dikarenakan kesibukan orang tua dan asumsi dari orang tua yang beranggapan bahwa kewajiban sekolah hanya untuk mengajarkan pengetahuan dari buku saja supaya anak-anaknya lulus. Kelulusan anak tersebut sudah cukup dan memuaskan bagi orang tua. Selain itu keengganan orang tua dalam menjalin kerja sama dengan sekolah juga bisa dikarenakan orang tua yang merasa minder, malu, dan takut karena mungkin merasa anak-anaknya tertinggal dengan anak-anak yang lain.
Oleh karena itu, sekolah dengan dipelopori oleh kepala sekolah bersama guru-guru mencari alternatif-solusi untuk mempererat hubungan antara keluarga dan sekolah. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempererat hubungan antara keluarga dan sekolah, antara lain :
a.       Mengadakan pertemuan dengan orang tua di awal tahun pelajaran, khususnya di hari penerimaan anak didik baru. Pertemuan tersebut diadakan untuk :
1.      Mempromosilkan sekolah.
2.      Mendeskripsikan tentang visi, misi, dan tujuan sekolah.
3.      Mendapatkan informasi tentang harapan-harapan orang tua terhadap anaknya yang dididik di sekolah tersebut.
4.      Mendapatkan informasi tentang karakter anak didik yang baru.
5.      Menyampaikan informasi tentang program sekolah
                   b.Mengadakan surat-menyurat antara sekolah dan keluarga. Surat-menyurat itu perlu diadakan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan progran-program sekolah serta berbagai hal yang terkait dengan proses pendidikan di sekolah.
  c. Menyampaikan prestasi belajar anak didik dalam bentuk buku rapot.
Prestasi belajar anak didik dalam bentuk rapot ini selain sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pendidikan yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik juga berfungsi untuk mengkomunikasikan perkembangan anak didik terhadap orang tua mereka.
d.   Mengadakan buku penghubung akhlak anak didik.
Buku penghubung tersebut dipegang oleh orang tua untuk mencatat perkembangan akhlak anak didik selama berada di rumah kemudian hasilnya disampaikan kepada guru di sekolah untuk mendapatkan bimbingan dan pendidikan terhadap anak lebih lanjut.
e.    Mengunjungi orang tua murid.
Tentu saja sangat sulit bagi suatu sekolah untuk mengunjungi setiap orang tua. Untuk efektifitas dan efisiensi, sekolah bisa mengunjungi orang tua yang sedang melaksanakan hajatan, sedang terkena musibah, serta orang tua yang anaknya sedang mengalami kesulitan dalam proses pendidikannya di sekolah. Mengunjungi orang yang sedang hajatan atau sedang terkena musibah ini sangat dianjurkan dalam Islam.
f.  Mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan dan kepeserta didikan yang dihadiri oleh para orang tua.
Kegiatan tersebut bisa digunakan oleh pihak sekolah untuk beramah tamah dengan orang tua murid.
g.   Membentuk perkumpulan orang tua, seperti komite sekolah.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
Hubungan yang harmonis antara keluarga dan sekolah ini selain diharapkan dapat memaksimalkan keberhasilan pendidikan juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah SWT.
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An Nisa : 1)
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS. Ar Rad : 21)

3.      HUBUNGAN MASYARAKAT DAN SEKOLAH
a.      Latar Belakang
Hubungan antara sekolah dengan masyarakat dapat dilihat dari dua segi yaitu:
1.  Sekolah sebagai mitra dari masyarakat di dalam melakukan fungsi pendidikan baik sekolah maupun masyarakat merupakan pusat pendidikan yang potensial, hubungan fungsional keduanya adalah:
a.  Fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyak dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di masyarakat
b.  Fungsi pendidikan di sekolah juga dipengaruhi oleh pendayagunaan sumber-sumber belajar
2.  Sekolah sebagai produesen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan di masyarakat lingkungannya. Hubungan sekolah dan masyarakat memiliki hubungan rasional berdasarkan kebutuhan. Adapun gambaran hubungan rasional diantara keduanya:
a.   Sekolah sebagai lembaga layanan terhadap kebutuhan pndidikan di masyarakat yang membawa konsekuensi-konsekuensi dan konseptual serta teknis yang bersesuaian antar fungsi pendidikan yang diperankan sekolah dengan yang dibutuhkan masyarakat.
b. Sasaran pendidikan yang ditangani lembaga persekolahan ditentukan kejelasan formulasi kontrak antar sekolah dengan masyarakat. Diperlukan pendekatan komprehensif didalam pengembangan program dan kurikulum untuk masing-masing dan jenjang persekolahan.
c.   Pelaksanaan fungsi sekolah dalam melayani masyarakat yang dipengaruhi oleh ikatan-ikatan objektif diantara keduanya. Ikatan objektif tersebut berupa perhatian, pengahargaaan dan lapangan-lapangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan-jaminan objektif lainnya. Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah dengan dibentuknya komite sekolah yang memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Mendorong dan meningkatkan hubungan baik antara keluarga, masyarakat, sekolah dan pemerintah
2.   Membantu kelancaran kegiatan pendidikan dengan tidak menempati urusan teknis pengajaran
3.  Mengusahakan bantuan masyarakat, baik berupa benda, uang maupun jasa dengan tidak menambah beban wajib bayar
b.      Pengaruh Sekolah Terhadap Masyarakat
Sekolah merupakan salah satu lembaga masyarakat yang di dalam terdapat reaksi dan interaksi antar warganya. Warga sekolah meliputi guru, murid, tenaga administrasi, serta petugas sekolah. Sebagai salah satu lembaga masyarakat maka sekolah perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.  Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat
2.  Metode yang digunakan harus mampu merangsang murid untuk mengenal kehidupan riil dalam masyarakat
3.   Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar dan bekerja dari kehidupan sekitarnya
4.  Sekolah harus selalu berinteraksi dengan kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan keduanya terpenuhi
5. Sekolah seharusnya dapat mengembangkan masyarakat dengan cara mengadakan pembaruan tata kehidupan masyarakat
Dalam mengembangkan fungsi sekolah sebagai lembaga pengembangan masyarakat luar sekolah maupun masyarakat sekolah. Pengurus sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada kuantitas keluaran atau produk sekolah tersebut dan berapa jauh masyarakat dapat menikmati produk sekolah. Makin luas sebaran produk sekolah dan makin meningkatnya kualitasnya, maka produk sekolah tersebut telah membawa pengaruh positif terhadap perkembangan masyarakat. Sedikitnya ada 4 macam yang bisa dilakukan oleh sekolah terhadap perkembangan pengaruh tersebut adalah:
1. Mencerdaskan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan baik formal, informal. Sekolah merupakan pelaksanaan pendidikan formal paling tepat karena programnya lebih ideal dibandingkan lembaga pendidikan yang lain
2. Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat. Kualitas hidup masyarakat meningkat bila mereka tidak statis  melainkan dinamis bermunculan adanya pembaharuan, penemuan-penemuan baru baik ilmu pengetahuan maupun teknologi.
3. Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentinga  kerja dilingkungan masyarakat
4. Melahirkan sikap positif dan kontruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat
Kesadaran hidup bernegara, kesatuan dan persatuan bangsa, serta loyalitas warga terhadap nusa dan bangsanya serta tertahap ditanamkan pada hati sanubari murid-murid sehingga sikap positif dan konstruksi bagi masyarakat dapat terwujud.
Di dalam tap MPR No. IV/MPR/1993 ditegaskan bahwa pendidikan berdasarkan atas pancasila dan bertujuan:
1.      Meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa kecerdasan, keterampilan
2.      Membentuk budi pekerti
3.      Memperkuat kepribadian
4.   Mempertebal semangat kebangsaan agar dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa
Berdasarkan rumusan tersebut diats maka fungsi dan peranan sekolah terhadap masyarakat ialah:
1.      Meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa
2.      Meningkatkan kecerdasan
3.  Meningkatkan keterampilan dan mempersiapkan tenaga terampil, serta dapat meningkatkan produksi kerja
4.      Membentuk pribadi dan budi pekerti
5.      Melestarikan nilai-nilai yang terpuji dalam masyarakat

c.       Pengaruh Masyarakat terhadap Pendidikan
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjens-jenis budayanya.
Setiap masyarakat memiliki karakteristik tersendiri dan memiliki norma-norma. Dimana norma-norma tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warga dan bertindak dan bersikap. Identitas dan perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap sekolah. Pengaruh tersebut baik dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan itu sendiri. Identitas suatu masyarakat dan dinamikanya senantiasa membawa pengaruh orientasi dan tujuan pendidikan. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan institusi yang dilahirkan dari, oleh dan untuk masyarakat.
4.      PERAN PENTING MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN
Dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai dengan yang berpendidikan tinggi, sementara itu, dilihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan terencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil dengan maksimal. Sekarang hampir semua sekolah memempunyai komite sekolah yang merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah, sebab masyarkaat dari berbagai lapisan sosial ekonomi sudah sadar betapa pentingnya dukungan mereka untuk keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Mohammad Noor Syam, dalam bukunya Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, mengemukakan bahwa hubungan masyarkaat dengan pendidikan sangat bersifat korelatif, bahkan seperti telur dengan ayam. Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya ditemukan dalam masyarakat yang maju pula.
Sementara itu, Sanafiah Faisal mengemukakan bahwa hubungan antar sekolah (pendidikan) dengan masyarakat paling tidak, bisa dilihat dari dua segi berikut :
1. Sekolah sebagai patner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Dalam konteks ini, berarti keduanya yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai pusat-pusat pendidikan yang potensial dan mempunyai hubungan yang fungsional.
a. Fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyak dipengaruhi pula oleh corak pengalaman   seseorang di lingkungan masyarakat. Pengalaman pada berbagai macam kelompok pergaulan di dalam masyarakat, jenis bacaan, tontonan, serta aktifitas-aktifitas  lainnya di tengah masyarakat. Kesemuanya membawa pengaruh terhadap fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah terhadap diri seseorang. Kondusif tidaknya dan positif tidak pengalaman seseorang di lingkungan masyarakat tidak dapat dielakan pengaruhnya terhadap keberhasilan fungsi pendidikan di sekolah.
Karena hal itulah, maka sekolah juga berkepentingan dengan perubahan lingkungan seseorang ditengah-tengah masyarakat, antara lain bisa dilakukan dengan melakui fungsi layanan konseling, penciptaan forum komunikasi antara organisasi sekolah dengan lembaga-lembaga lainnya di masyarakat. Sebaliknya, partisipasi secara sadar dari seseorang untuk senantiasa belajar dari lingkungan masyarkat, sedikit banyak juga ditentukan oleh tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilancarkan di sekolah.
c.  Fungsi pendidikan di sekolah akan dipengaruhi oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber-sumber belajar ditengah masyarakat seperti adanya perpustakaan umum, adanya meseum, adanya kebun binatang, adanya peredaran Koran dan majalah serta sumber-sumber belajar lainnya, disamping berfungsi sebagai medium pendidikan bagi masyarakat luas, sumber-sumber tersebut juga bisa berfungsi pula untuk didayagunakan bagi fungsi penidikan sistem persekolahan.

Pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarkat bagi kepentingan fungsi pendidikan di sekolah, peningkatannya bisa dilakukan dengan jalan penentuan strategi belajar mengajar yang mengaktifkan keterlibatan mental siswa di dalam mengkaji sumber-sumber belajar di lingkungannya, sebaliknya gerakan-gerakan pendidikan yang diorganisasi di tengah-tengah masyarakat (pendidikan luar sekolah), penuanaian fungsi dari pendidikan di masyarakat itu juga bisa dan fungsional jika mendaya gunakan sumber-sumber sekolah yang berupa guru, gedung, serta perlengkapan lainnya.
2. Sekolah sebagai prosedur yang melayani pesan-pesan penddikan dari masyarakat dan lingkungannya. Berdasarkan hal ini, berarti antara masyarakat dengan sekolah memiliki ikatan hubungan rasional berdasarkan kepentingan di kedua belah pihak. Berkenaan dengan sudut pandang tersebut, berikut ini dideskripsikan tentang hubungan rasional dimaksud.
a.   Sebagai lembaga layanan terhadap kebutuhan pendidikan masyarakatnya, sekolah sudah tentu membawa konsekuensi-konsekuensi konseptual dan teknis sehingga berkesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
Dalam hal ini pengertian masyarakat termasuk di dalamnya komponen-komponen lain di masyarakat. Tujuan pendidikan, baik di tingkat tujuan institusional, tujuan kurikuler, maupun di tingkat tujuan instruksional (TIU dan TIK), semuanya harus disesuaikan secara rasional dengan persyaratan-persyaratan kemampuan dan kepribadian yang secara ideal maupun praktis diciptakan atau dibutuhkan oleh masyarakat bersangkutan. Untuk itu, diperlukan adanya mekanisme informasi timbale balik yang rasional, objektif dan realistis antara sekolah sebagai produser pendidikan dengan masyarakat yang mengonsumsi output pendidikan sangatlah diperlukan.
b. Akurasi sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga atau organisasi persekolahan, akan ditentukan pula oleh kejelasan formulasi kontrak antara sekolah (selaku pelayan) dengan masyarakat selaku pemesan. Rumusan-rumusan umum tentang kebutuhan dan cita-cita pendidikan yang diinginkan masyarakat, sudah tentu memerlukan operasionalisasi dan spesifikasi sehingga memungkinkan pengukuran terhadap terpenuhi fungsi layanan sekolah sebagaimana yang dibebankan oleh Dalam hal ini diperlukan pendekatan komprehensif oleh masyarakat pengembangan program dan kurikulum untuk masing-masing jenis dan jenjang persekolahan yang diperlukan.
c. Penuaian fungsi sekolah sebagai pihak yang dikontrak untuk melayani pesanan-pesanan pendidikan oleh masyarakat, sedikit banyak akan dipengaruhi oleh ikatan-ikatan objektif diantara keduanya.
Ikatan objektif dimaksud berupa perhatian, penghargaan, dan topangan-topangan tertentu seperti dana, fasilitas, dan jaminan-jaminan objektif lainnya yang memberikan makna penting terhadap eksistensi dan produk di sekolahan. Hubungan antara sekolah dengan masyarakat yang mengontraknya, kalau tidak disertai dengan jaminan dan ikatan-ikatan objektif sebagaimana layaknya yang terjadi antara pihak dikontrak, maka sedikit banyak akan berpengaruh pada penunaian fungsi lembaga persekolahan. Dengan demikian, maka penggarapan pada tingkat system yang berfungsi melembagakan kewajiban an tanggung jawab masyarakat terhadap keberadaan serta produk atau output persekolahan dengan sendirinya menjadi sangat penting dan diperlukan.
Jenis-jenis peran serta masyarakat dalam pendidikan
Ada bermacam-macam tingkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Yang biasa diklasifikasikan dalam, dimulai dari tingkat terendah ke tingkat lebih tinggi,yaitu;
   Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Ini tingakatan yang paling umum. Pada tingkatan ini masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik anak-anak mereka.
     Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Pada PSM (Peran Serta Masyarakat) jenis ini masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, atau tenaga.
  Peran serta secara pasif. Masyarakat dalam tingkatan ini menyetujui dan menerima apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah), misalnya komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orang tua menerima keputusan itu dengan mematuhinya.
   Peran serta melalui adanya konsultasi. Pada tingkatan ini, orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya.
   Peran serta dalam pelayanan. Orang tua/masyakarat terlibat dalam kegiatan sekolah, misalnya orang tua ikut membantu sekolah ketika ada studi tur, pramuka, kegiatan keagamaan, dsb.
    Peran serta sebagai pelaksana kegiatan. Misalnya sekolah meminta orang tua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah jender, gizi, dsb. Dapat pula misalnya, berpartisipasi dalam mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar sekolah dapat menampungnya, menjadi nara sumber, guru bantu, dsb.
   Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orang tua/masyarakat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non akademis, dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).
Masyarakat merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan itu sendiri besar sekali perannya. Bagaimanapun kemajuanan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada. Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap pendidikan (sekolah).
a.     Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah.
b.  Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu danmendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
c.   Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung meseum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang dan sebagainya.
d.    Masyarakatlah yang meyediakan berbagai sumber untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah untuk memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik. Orang-orang yang mempunyai keahlian khusus banyak sekali terhadap di masyarakat, seperti petani, peternak, saudagar, polisi, dokter dan sebagainya.
e.   Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar. Disamping buku-buku pelajaran, masyarakat memberi bahan pelajaran yang banyak sekali, antara lain seperti aspek alami industri, perumahan, transportasi, perkebunan, petambangan dan sebagainya.
Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran masyarakat sangatlah besar terhadap pendidikan sekolah. Untuk itu, sekolah perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya, paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan sumber pengetahuan yang ada di masyarakat dengan alasan sebagai berikut.
a.  Dengan melihat apa yang terjadi di masyarakat, anak didik akan mendapatkan pengalaman langsung (first hand experience) sehingga mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan mudah di ingat.
b. Pendidikan membina anak-anak yang berasal dari masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat.
c.   Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin guru sendiri belum mengetahuinya.
d.  Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang yang terdidik dan anak didik pun membutuhkan masyarakat.